Siapa yang berguna akan disanjung
Siapa yang tak berguna akan dirundung
Siapa?
Siapa?
Tentu aku. Pada kalimat dibaris kedua aku digambarkan dengan pensil tumpul. Dituliskan takdir lewat tinta luntur. Memang tidak ada yang rapih dalam hidupku. Kecuali, corat-coret rentetan bait puisiku.
Kerjaan tak guna yang seringkali terdengar miskin habiskan waktu. Menunduk sampai bungkuk, terjaga tanpa kantuk. Pra... Pra... lebih baik kau keluar dan cari angin malam. Atau bila-bila dapat keberuntungan kau bisa keluar tanpa harus pulang.
"Kenapa aneh? Lo kan ga suka di rumah, iyakan?"
"Iya, memang."
Putra sulung yang ada di keluarganya paham betul watak dari si bungsu, Pra. Yang sering kali tipis bicara tanpa pikir hancurkan hati si lawan bicara. Sarkas. Mereka di depan gerbang yang berkarat, keduanya enggan masuk dengan jari tangan yang satu menghimpit gulungan nikotin. Serta yang satu memakai jaket dengan aroma tak sedap. Iya, dia tak menghisap namun terkena juga jejaknya.
"Bukannya lo juga ga suka di rumah?"
"Suka."
"Bohong. Lidah lu pahit, Mas."
"Makanya gua ngerokok."
Mana yang katanya dewasa? Mereka sama-sama seperti masih remaja yang hilang akan rasa perhatian. Masih sama-sama tak mau kalah seperti dulu saat berebut mainan. Mereka masih sama hanya keadaannya yang beda. Dengan rambut berantakan serta yang satu kelewat panjang sampai tutupi penglihatan. Tak terurus.
"Masuk, Pra."
"Ga."
Dan hening meraup mereka berdua sampai hanya ada helaan nafas panjang serta lampu mobil yang menyala silaukan mata. Rupanya si kepala rumah sudah ingat arah jalan pulang, yang berhenti dengan tatapan tajam mirip si bungsu saat sedang tak senang. Berjalan dengan santai tanpa sapaan, namun penuh isyarat akan guratan penekanan.
"Kalau lu gamau bonyok lagi, ayo masuk."
"Ck, males."
Melenggang masuk pijaki rumput yang dulu rasanya amat sangat nyaman, Pra sebenarnya selalu ingin pulang kerumah. Namun, bukan rumah dengan orang yang penuh dengan aura dingin macam kuburan. Macam wajah ayahnya yang sudah tak lagi hantarkan senyuman bahkan untuk sekedar tanya, ''Apa kabar?" Yang pada dasarnya itu terdengar seperti sapaan untuk orang asing bukan untuk sebuah keluarga satu rumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar